27 Maret 2008

Kelemahan Dia

Suatu hari saya sempat ditanya oleh beberapa teman, kenapa menikahi istri saya. Pertanyaan teman saya itu sangat wajar, karena saya menikahi ciptaan Allah yang umurnya 2 x lebih tua dari umur saya. Saat itu saya belum bisa memberikan jawaban yang pas, saya sendiri juga tidak tahu kenapa saya bisa feel sama sang istri. Istri saya sendiri juga tidak menjawab kenapa mau nikah dengan saya J..kami hanya bisa tersenyum jika ada pertanyaan itu lagi. Saat itu yang saya rasa adalah bagaimana bisa menjadi pelindung bagi istriku, meskipun bukan seorang penegak hukum.

Kami memperjuangkan anugerah dan saat ini kami menjalani anugerah itu, Mungkin rasa simpati sama karakter istri yang saat itu menerima banyak tekanan baik dikantor maupun dirumah. Meskipun sejatinya istri saya jenis orang yang keras kepala dan lumayan cerewetJ, maaf ya, sayaang..

Namun kemarin semua pertanyaan teman-teman saya yang bertahun-tahun ditujukan kepada saya terjawab sudah. Waktu saya menerima materi kuliah mekanika rekayasa, dosen saya sempat refreshing dengan bercerita bahwa beliau beberapa hari yang lalu didapuk menjadi pengantar pengantin. Padahal sang dosen beda iman dengan mempelai maupun dengan saya. Dan pada sesi pemberian nasihat kepada kedua mempelai, dosen saya sempat bertanya yang bersifat test kepada mempelai pria.

mas, apa yang membuat kamu mencintai dan menikahi istrimu, padahal dia tidak cantik dll?” tanya dosenku.

“saya mencintai dan menikahi istri saya, karena Tuhan memberikan kelemahan padanya dan saya tahu kelemahannya. Untuk itulah saya berharap dengan hadirnya diri saya, saya bisa menjadi pemimpin yang mengarahkan serta memperbaiki dan bukan menutupi kelemahan istri saya, supaya kelemahan itu menjadi sesuatu yang lebih baik” jawab mempelai pria dengan tegas. Terlihat sebuah jawaban yang jujur dan tanpa ”disetting” lebih dahulu. Begitu juga jawaban sang mempelai wanita.

Para undangan dan dosen saya sangat terkejut dan sempat meneteskan air mata. Sebab jawaban dari kedua mempelai diluar pikiran kebanyakan orang dan dijawab dengan tegas penuh tanggung jawab serta tidak sekedar asal bunyi (supaya terkesan romantis). Mayoritas suatu hubungan selalu berkata siap menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya. Itupun masih tahap lip service untuk menyenangkan pasangan atau orang yang melihat kita. Namun pasangan ini sudah memberikan pencerahan sekaligus contoh bahwa suatu kelemahan bukan untuk ditutupi atau dijauhi, namun perlu adanya suatu kesadaran tinggi untuk menjadikannya menjadi suatu yang berharga melebihi kelebihan yang sudah dimiliki pasangan kita. Dosen saya kemudian berkata kepada saya.

mencintai seseorang karena kelemahan yang dimiliki pasangan kita, dan dalam niat tulus kita mencintai dan mau menikahinya untuk menjadikan kelemahannya menjadikan cahaya dalam mengarungi rumah tangga, 99% dipastikan akan langgeng dan bahagia dunia akhirat.

“namun jika dalam niat kita untuk memanfaatkan kelemahannya menjadi bahan komoditi penindasan disegala hal, 99% dipastikan hubungan tersebut tidak akan langgeng dan kita akan menemui kegagalan.”

Kalaupun terjadi akan menemui jalan terjal atau kegagalan meskipun niat kita tulus menjalani suatu hubungan, mungkin kita diberikan pengetahuan tentang keluarga, mari kita bermunajat kepada Pemberi Hati kita untuk diberikan petunjuk yang terbaik dan keihklasan.

Pergumulan ini mengajarkan saya untuk hidup makin dekat kepadaNya, untuk lebih peka terhadap suaraNya, untuk lebih menunduk sadar ketika saya ditegur, dan lebih mawas diri dalam menjalani kesempatan terakhir yang diberikan untuk menuju ridhoNya.

Insya Allah tulisan ini bermanfaat untuk saya dan saudara semua, mohon maaf masih banyak kekurangan dari segi tata tulis dan bahasa. Tulisan ini tanpa bermaksud menggurui siapapun dan Insya Allah tidak idealis tapi realistis, karena saya masih miskin pengalaman. Mohon saran dan saya membuka diri untuk sharing dengan saudara/sahabat semua. Semoga kita semua di anugerahi sebuah keluarga yang sakinah sesungguhnya dan keihklasan. Semoga Allah membimbing dan mengampuni saya atas khilaf (dunia suram saya) serta menuntun instropeksi diri yang nasuha menuju ridho Nya.Amin

Tidak ada komentar: