10 Maret 2008

mencari intisari ngonthel




Maaf, ini hanya pemikiran (bebas dalam keterbatasan) penulis tanpa bermaksud ada penonjolan diri. Pagi tadi (kamis,28 Feb 08) sesudah berinteraksi diatas sajadah, aku memutuskan untuk berinteraksi dengan alam sekitar. Sepeda onthel sudah ready dan 82 untuk dipancal. Pertama kali aku kukayuh sepeda menuju sebuah perkampungan baru yang masih alami dengan suara jangkrik..krik..krik..dan suara gemuruh air sungai yang menimbulkan harmoni tenang. Sesekali aku berhenti dan mengabadikan pencitraan mata dengan kamera 2mp-S88. Sejuk dan senyap terkadang terdengar dari kejauhan suara kokok jago (kayak di tivi aja ya) tapi memang adanya seperti itu. kukayuh lagi sepeda onthelku melewati kawasan latihan teknis perang militer, semakin berat gaya gravitasi karena sekarang jalannya menanjak..sungguh berat bagi pemula seperti aku ini..namun akhirnya sampai juga di suatu titik puncak yang bisa melihat hiruk pikuk dibawah sana..sungguh maha indah..ingin sekali aku mengajak saudara di Sby untuk mengenal alam disini. aku masih duduk melepas lelah dan terasa ingin muntah karena memang tanjakan yang aku lalui lumayan panjang. Sesekali kualiri tenggorokan ini dengan air yang sudah aku siapkan dari asrama. Memang jika ingin sampe puncak, selain niat juga diperlukan kesiapan fisik, mental, semangat, dukungan sarana yang baik. karena kita berperang dengan waktu dan kesungguhan. Tanpa ada perasaan minder yang berakibat pengerdilan pola pikir ato juga kelewat pede yang ujung-ujung kita tidak akan pernah puas dengan apa yang telah diperjuangkan. sungguh ironi dan kita telah rugi. Meski sekarang merasa ada di titik emas semua pasti kembali ke titik nol.

1 komentar:

reality mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.